Kamis, 22 Agustus 2013

Neurolinguistik:Psikogenik


ANALISIS HUBUNGAN FENOMENA BAHASA ALAY DENGAN GANGGUAN PSIKOGENIK: BERBICARA MANJA
Winda Trisnawati, S.Pd.
Program Studi Lingustik Kebudayaan
Program Pascasarjana Universitas Andalas Padang
Pengantar  
Fenomena bahasa alay menjadi trend sekarang ini, terutama di kalangan remaja. Bahasa itu menjadi daya tarik tersendiri di dunia pergaulan. Kemunculan bahasa alay berkembang sejak masuknya teknologi layanan pesan singkat atau SMS. Keterbatasan karakter pada fitur handphone membuat mereka harus mencari cara untuk menyingkat isi SMS. Sekarang ini, bahasa alay bukan hanya berupa pesan singkat atau SMS tapi berkembang menjadi bahasa pergaulan yang digunakan para remaja dalam bertutur dengan teman-temannya. Bahasa alay itu cenderung terdengar seperti bahasa anak kecil yang tidak dapat menyebutkan fonem [s],[r], dan masih banyak lagi tuturan yang dibuat menjadi simple. Jika melihat dari fenomena tersebut, fenomena itu termasuk dalam kriteria orang-orang yang mengalami gangguan psikogenik, tepatnya berbicara manja. Oleh karena itu, tulisan ini akan menganalisis hubungan fenomena bahasa alay dengan gangguan psikogenik khususnya berbicara manja. Hal-hal yang penting dibahas dalam menganalisis hubungan fenomena bahasa alay dengan  gangguan psikogenik, berbicara manja, adalah sebagai berikut: fenomena bahasa alay; gangguan psikogenik (berbicara manja); dan analisis gangguan psikogenik, berbicara manja pada fenomena bahasa alay.
                    
Hubungan Fenomena Bahasa Alay dengan Gangguan Psikogenik: Berbicara Manja
Fenomena Bahasa Alay
Bahasa alay adalah bahasa yang sering digunakan oleh sekumpulan anak remaja yang biasa di sebut anak alay. Kata “alay” sendiri di sini berarti “anak lebay” atau “anak-anak yang berlebihan” baik dalam segi bergaya, berpakaian, sampai bahasa pun mereka menggunakan bahasa-bahasa yang nyentrik dan unik. Itu semua dilakukan semata-mata hanya untuk meminta pengakuan eksistensi dari orang-orang sekitar bahwa mereka ada dan mereka bisa menjadi fenomena. Terbukti sekarang ini, bahasa alay memang telah menjadi fenomena tersendiri, kali ini penggunanya bukan hanya anak remaja dan kalangan anak alay saja tapi sudah merebak ke segala umur.
Di kutip dari artikel Solo pos (2012), ciri-ciri bahasa alay:
1.         Menggunakan kombinasi huruf besar – huruf kecil.
2.         Mengganti huruf dengan angka tertentu.
3.         Memangkas huruf vokal serta spasi.
4.         Berbicara seolah-olah balita dengan susunan huruf yang rumit.
Alay memiliki stereotipe tentang gaya hidup kampungan atau norak. Istilah alay sendiri menggambarkan kondisi remaja yang tidak memiliki arah tujuan yang jelas dan masih labil. Fenomena alay saat ini telah menyebar ke lapisan remaja Indonesia. Banyak yang akhirnya menggunakan bahasa alay dalam komunikasi lisan dan tulisan. Bahasa alay tersebut dapat terlihat pada gambar berikut.
Description: miapah

Gangguan Psikogenik
Gangguan psikogenik termasuk dalam gangguan berbahasa, tepatnya gangguan berbicara. Chaer (2003:152) mengatakan gangguan berbicara psikogenik ini sebenarnya tidak bisa disebut sebagai suatu gangguan berbicara, mungkin lebih tepat disebut sebagai variasi cara berbicara yang normal, tetapi yang merupakan ungkapan dari gangguan di bidang mental.
Beberapa bentuk variasi berbicara psikogenik ini antara lain adalah (Sastra,2011:155):
  1. Berbicara manja.
  2. Berbicara kemayu.
  3. Berbicara gagap.
  4. Berbicara latah.
Fokus penulisan ini adalah gangguan psikogenik pada berbicara manja.  Anak yang berbicara manja ada kesan untuk meminta perhatian dan dimanja. Gejala ini juga terjadi pada orang tua pikun atau jompo (biasanya wanita). Dikutip dari Chaer (2003:152-153), contoh kasus berbicara manja seperti anak-anak yang baru terjatuh atau terluka, terdengar adanya perubahan pada cara berbicaranya. Fonem atau bunyi [s] dilafalkan sebagai bunyi [c] sehingga kalimat “Saya sakit,jadi tidak suka makan, sudah saja, ya” akan diucapkan menjadi “caya cakit, jadi tidak cuka makan, udah caja, ya”. Dengan berbicara demikian dia mengungkapkan keinginanya untuk dimanja. Gejala ini memberikan kesan bahwa struktur bahasa memiliki substrat serebral.

Analisis Hubungan Fenemona Bahasa Alay dengan Gangguan Psikogenik: Berbicara Manja
Bahasa alay yang dianalisis, dikutip dari kamus “ciyus miapah” berikut:
Description: Patrick.jpg
  1. Serius        sirus           ciyus
Di sini terjadi dua proses dalam analisis, yang pertama terjadi perubahan kuantitas dari “serius” menjadi “sirus”  fonem [e]  berubah menjadi  segmen [i] dan segmen [i] hilang setelah segmen [r]. yang kedua, terjadi palatalisasi; fonem [s] berubah menjadi fonem [c] dan fonem [r] berubah menjadi fonem [y].
  1. Demi apa          miapah
Di sini terjadi perubahan kuantitas dalam dua kata. Silabel pertama pada kata pertama yaitu [de-] hilang dan kemudian menggabungkan silabel terakhir kata pertama dengan kata kedua menjadi “miapa” setelah itu ditambah fonem [h] di akhir kata sehingga menjadi “miapah”.
  1. Sungguh            cungguh
Di sini terjadi palatalisasi, yaitu fonem [s] di awal kata berubah menjadi fonem [c].
  1. Bingung          binun
Di sini fonem [ŋ] berubah menjadi fonem [n].
  1. Aku           akooh
Di sini fonem [u] berubah secara kuantitas dan diganti dengan dua fonem [o] menjadi [oo] dan di akhir kata ditambah dengan fonem [h].
  1. Semangat        cemungudh
Di sini fonem [a] berubah menjadi fonem [u] dan fonem [t] berubah menjadi [dh] atau bisa juga disebut asimilasi berdekatan.
  1. Good news        gud nyus
Di sini terjadi perubahan yang sesuai dengan pengucapannya.
  1. Masak       masya
Di sini, segmen s berubah menjadi sy atau ini bisa juga disebut palatalization.
  1. Rahasia            lahacia
Di sini terjadi perubahan fonem [r] menjadi fonem [l] dan fonem [s] berubah menjadi fonem [c].
  1. Ah masak        amaca
Di sini, fonem [h] menjadi hilang; fonem [s] berubah menjadi fonem [c]; dan fonem [k] di akhir kata menjadi hilang.
  1. Kirim        kiyim
Di sini terjadi perubahan fonem [r] menjadi fonem [y].

            Analisis di atas dapat disimpulkan bahwa banyak terjadi perubahan dalam bahasa alay. Perubahan-perubahannya adalah sebagai berikut: fonem [s] bisa berubah menjadi fonem [c] dan [š] atau disebut juga dengan proses palatalisasi;  fonem [r] berubah menjadi fonem [y] dan [l]; fonem [ŋ] berubah menjadi fonem [n] dalam kata “bingung”; bunyi vokal di akhir kata sering ditambahkan dengan fonem [h]; di kata “semangat” fonem [a] berubah menjadi fonem [u] dan fonem [t] berubah menjadi fonem [d] atau bisa juga disebut asimilasi berdekatan; segmen [k] di akhir kata menjadi hilang. Dalam bahasa alay ini juga sering terjadi perubahan kuantitas, contohnya: dalam satu kata, “serius” menjadi “ciyus”; dalam dua kata, “demi apa” menjadi “miapah”.
            Berdasarkan kesimpulan analisis di atas menyatakan bahwa bahasa alay tidak memiliki keberaturan. Tidak ada aturan yang pasti didapatkan dari data di atas. Bahasa alay cenderung mempalatalisasikan fonem [s], dan merubah fonem [r] menjadi fonem [l] ataupun [y]. ini menandakan bahwa bahasa alay cenderung seperti bahasa anak kecil atau bahasa bayi yang mengalami kesulitan dalam menyebutkan fonem [r] dan [s].
            Terlihat jelas dari hasil analisis bahasa alay bahwa bahasa alay seperti meniru bahasa anak kecil atau bahasa bayi yang mengalami kesulitan menyebutkan fonem [r] dan fonem [s]; dan cenderung mengurang-ngurangkan fonem. Kecenderungan-kecenderungan itu dapat mengakibat pembicaraan jadi terdengar tidak jelas. Bagi sesama pengguna bahasa alay mereka dapat memahami pembicaraan tersebut, tapi jika lawan bicaranya bukan mereka yang memahami bahasa alay maka akan mengakibatkan komunikasi yang tidak baik. Maka, dapat dilihat bahwa para remaja yang menggunakan bahasa alay merupakan salah satu gangguan psikogenik, berbicara manja.
            Para remaja atau anak alay yang menggunakan bahasa alay dalam berkomunikasi dapat dikatakan mengalami gangguan psikogenik (berbicara manja). Secara emosional, tahap remaja merupakan tahap jiwa seseorang ingin dimengerti orang lain, ingin keberadaannya diakui oleh lingkungan sekitarnya, dan ingin diperhatikan. Menggunakan bahasa alay, baik sadar maupun tanpa disadari, merupakan salah satu wujud mencari perhatian.
            Faktor penyebab para remaja menggunakan bahasa alay adalah:
1.      Faktor internal: Faktor yang muncul dari dalam diri seseorang yang bertujuan ingin diperhatikan, ingin dimanja.
2.      Faktor eksternal: Faktor yang muncul dari lingkungan sekitar, seperti teman, telivisi, dll.
            Baik faktor internal dan eksternal, sebenarnya bahasa alay itu muncul karena adanya rasa ingin diperhatikan. Untuk solusinya, sesuai dengan berjalannya waktu, seseorang menjadi dewasa, maka dengan sendirinya gangguan psikogenik, berbicara manja dengan menggunakan bahasa alay tersebut hilang karena seseoramg sudah dapat berpikir dengan dewasa dan bahasa alay merupakan trend yang sifatnya sementara, dapat hilang jika bahasa itu sudah tidak trend lagi.
Kesimpulan
            Berdasarkan hasil analisis bahasa alay tidak memiliki keberaturan. Bahasa alay cenderung mempalatalisasikan fonem [s], dan merubah fonem [r] menjadi fonem [l] ataupun [y]. ini menandakan bahwa bahasa alay cenderung seperti bahasa anak kecil atau bahasa bayi yang mengalami kesulitan dalam menyebutkan fonem [r] dan [s]. dengan kecenderungan tersebut itu menunjukkan bahwa bahasa itu ingin memperlihatkan kemanjaan bagi penuturya. Para penutur yang menggunakan bahasa alay dapat dikatakan mengalami gangguan psikogenik khususnya berbicara manja, karena dengan menggunakan bahasa alay seseorang itu tanpa disadari maupun sadar ingin mencari perhatian orang lain.
            Faktor penyebab para remaja menggunakan bahasa alay adalah:
1.      Faktor internal: Faktor yang muncul dari dalam diri seseorang yang bertujuan ingin diperhatikan, ingin dimanja.
2.      Faktor eksternal: Faktor yang muncul dari lingkungan sekitar, seperti teman, telivisi, dll.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A.2003. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nida, E.A.1963. Morphology: The Descriptive Analysis of Words. USA: The University of Michigan Press.
Sastra, G.2011. Neurolinguistik: Suatu Pengantar. Bandung: Alfabeta
SoloPos. 2012. Jokowi Jadi Jokowow Masuk Kamus Ciyus Miapah. Diakses pada tanggal 17 Juni 2013. http://www.solopos.com/2012/10/28/jokowi-jadi-jokowow-masuk-kamus-ciyus-miapah-342678